Akhir bulan September 2010, saya mulai
petualangan baru menjadi seorang mahasiswa. Persiapan sudah matang untuk
berangkat ke kota yang baru dimana di kota inilah menjadi tempat hidup saya
selanjutnya dan menjadi bagian dalam drama kehidupan saya, ya kota ini adalah
Yogyakarta.
Berangkat dengan bekal seadanya karena
untuk semester awal ini saya masih ditampung di tempat kakak yang kebetulan
sedang menyelesaikan kuliahnya di UII, awal kali berangkat penulis kira tak ada
kegiatan pra kuliah. Ya inilah nasib orang kekurangan akses informasi,, hehe. Saya
melewatkan kegiatan Stadium General Universitas, Placement Test Bahasa Arab dan
Inggris . tidak mengikuti pertemuan dengan Dosen Penasehat Akademik, serta
tidak hadir pada 2 hari kuliah pertama,, banyak ya,,, mungkin ini yang membuat
saya heran waktu hari pertama Opak, diantara teman-teman satu jurusan mereka
sudah saling kenal, dalam benak saya ini kan pertama kali bertemu,, hehe . Ya
sudahlah lambat laun mereka juga akan mengenal saya dan saya akan mengenal
mereka.
Yang diatas prolog saja ya ,, hehe yang
mau penulis ceritakan tentang pengalaman berharga ketika ada Erupsi Merapi di
tahun 2010,, tau gak,,, saya dan kakak juga ikut bagian dalam kejadian itu,,,
baca dengan saksama ya,,,
Belum genap 2 bulan saya mengalami masa
sebagai seorang mahasiswa, kejadian menarik mewarnai kembali kehidupan saya. Hari
kamis, pagi hari aktivitas saya jalankan seperti biasanya ,, bangun pagi,
sholat,, dan siap2 berangakat ke kampus, namun pagi itu sedikit berbeda dari
biasanya,, ya waktu itu gunung merapi sedang mengalami siklus 4 tahunan,, yang
biasanya ditandai dengan erupsi,, erupsi kali ini bisa dibilang cukup hebat. Merapi
sudah masuk dalam kategori siaga 3, jadi sewaktu-waktu bisa terjadi erupsi
besar2an, kami harus waspada kapan pun,
Kamis pagi, tak sengaja saya melihat ke
arah bagian barat gunung merapi, maklum waktu itu saya tinggal di jalan
Kaliurang Kilometer 15 jadi terlihat jelas gunung merapi nya, saya melihat
gumpalan awan hitam mengepul ke langit menjulang tinggi,, di gumpalan awan
tersebut terliha kiltan-kilatan petir menyambar secara bergantian, suara
gemuruh terdengar sangat jelas. Awalnya saya kira itu hal yang biasa terjadi
pada fase gunung berapi. Saya pun bergegas berangkat ke kampus, karena
perjalanannya cukup mekan waktu bisa mencapai 25menit dan itu pun mengendarai
sepeda motor pinjaman kakak.
Pagi sampai sore kuliah seperti
biasanya,, sore pun tiba, niat mau pulang langsung tapi ternyata hujan deras
mengguyur wilayah sleman pada waktu itu. alhasil saya pun menunggu hujan reda
bersama teman2 yang lain. Ternyata adzan maghrib sudah berkumandang, hujan
gerimis masih turun dengan cukup deras, akhirnya diputuskan untuk sholat
maghrib dahulu baru setelah itu langsung pulang ke kost. Ba’da maghrib saya pun
bergegas pulang dengan memakai mantel (jas hujan) berbentuk Batman,,, he
Perjalanan di bawah guyuran hujan
mewarnai kepulangan saya menuju kost, sampai jakal kilometer 10 saya merasa
aneh dengan air yang menetes ke mantel, tak disangka bukan lagi air tapi air
bercampur debu (lumpur) yang menetes jatuh ke bumi, ya waktu itu juga sedang
terjadi hujan abu vulkanik dari gunung merapi. Sampai di kost mantel pun kotor
dengan abu vulkanik. Saya rasa itu hal yang biasa karena sebelum-sebelumnya
juga sering terjadi hujan abu vulkanik di daerah itu.
Sampai di kost , setelah sholat isya ,
saya pun rehat sejenak meluruskan tulang-tulang tubuh ini agar bisa enakan
diajak kerja lagi,,, ya waktu harus segera merampungkan laporan praktikum
fisika dasar I yang besok jum’at harus dikumpulkan. Proses mengerjakan
berlangsung diiringi dengan demtuman suara gemuruh dari puncak gunung merapi. Proses
itu selesai ketika jam menunjukan pukul 23.40 ,, malam juga yah,,,
Niat mau segera istirahat tidur karena
besoknya ada kuliah pagi. Tapi niat itu urung dilakukan karena saat tubuh ini
mau tergeletak di atas kasur, suara “Tak Tak Tak” terdengar dari atas genting,
waktu menunjukkan pukul 23.50 wib. Tak lagi hujan abu, tapi hujan kerikil
menerpa wilayah ring 3 yang kami huni, sontak penghuni kost panik dan segera
bergegas menyelamatkan diri termasuk saya dan kakak. Suara sirene peringatan
ngungsi terdengar keras sekali, drama pun terjadi sedang menata baju yang
hendak dibawa listrik pun padam tak ayal kami hanya membawa seadanya saja yang
penting ada handphone dan dompet. Hehe
Kami dan teman2 penghuni kost yang lain
pun segera turun ke bawah untuk mencari tempat yang aman, perjalanan diwarnai
dengan padatnya kendaraan dari wilayah ring 2 yang segera turun,, jaket dan
celana panjang penuh dengan lumpur abu vulkanik. Alhamdulillah kami sampai di
jakal km 3 , dan waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami segera mencari tempat,
dan dapat di salah satu budhe teman kost kami di daerah gejayan. Kami tak
sempat tidur waktu menunjukkan pukul 5.30 kami memutuskan untuk kembali ke kost
di atas, kami mendengar info kalau di kampus UII Terpadu jalan ke atas sudah
ditutup tak boleh lagi ada warga. Kami pun naik ke atas melewati jalan “tikus”
untuk sampai di kost.
Waktu pukul 6 pagi, sms saya ke dosen
yang kuliah pagi meminta libur ternyata tidak di amini oleh sang dosen, tak
ayal saya pun berangkat ke kampus, sempat mandi dengan hanya beberapa cidukan
gayung (hemat air untuk yang lain) ,, merampungkan finishing laporan .
berangkatlah saya ke kampus melewati jalanan yang berwarna putih, dedaunan di
kanan kiri jalan juga tertutup abu vulkanik, semuanya putih, termasuk celanan
panjang sy ketika sampai di kampus,, hehe tapi dibersihkan dulu sebelum masuk
kelas meski ada sedikit yang tertinggal di baju dan celana panjang warna
hitam,.
Sore hari saya mendengar kabar bahwa
daerah ring3 harus dikosongkan, tak ayal kakak dan teman2 kost lain segera
mengungsi, saya dan kakak mengungsi di tempat sepupu kami di daerah Gejayan. Informasi
dari rektorat Universitas yang menyatakan kegiatan kuliah diliburkan selama 2
minggu, merupakan angin segar bagi kami,, saya pun memilih untuk pulang ke
rumah , Brebes.
Peristiwa yang akan teringat-ingat terus
dan bisa jadikan cerita untuk anak2 dan cucu2 saya kelak,, hehe
Manusia
hanya bisa merencanakan, berusaha, dan berdo’a.
Karena
Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.