Senin, 04 Februari 2013

Erupsi Merapi di Penghujung 2010


Akhir bulan September 2010, saya mulai petualangan baru menjadi seorang mahasiswa. Persiapan sudah matang untuk berangkat ke kota yang baru dimana di kota inilah menjadi tempat hidup saya selanjutnya dan menjadi bagian dalam drama kehidupan saya, ya kota ini adalah Yogyakarta.
Berangkat dengan bekal seadanya karena untuk semester awal ini saya masih ditampung di tempat kakak yang kebetulan sedang menyelesaikan kuliahnya di UII, awal kali berangkat penulis kira tak ada kegiatan pra kuliah. Ya inilah nasib orang kekurangan akses informasi,, hehe. Saya melewatkan kegiatan Stadium General Universitas, Placement Test Bahasa Arab dan Inggris . tidak mengikuti pertemuan dengan Dosen Penasehat Akademik, serta tidak hadir pada 2 hari kuliah pertama,, banyak ya,,, mungkin ini yang membuat saya heran waktu hari pertama Opak, diantara teman-teman satu jurusan mereka sudah saling kenal, dalam benak saya ini kan pertama kali bertemu,, hehe . Ya sudahlah lambat laun mereka juga akan mengenal saya dan saya akan mengenal mereka.
Yang diatas prolog saja ya ,, hehe yang mau penulis ceritakan tentang pengalaman berharga ketika ada Erupsi Merapi di tahun 2010,, tau gak,,, saya dan kakak juga ikut bagian dalam kejadian itu,,, baca dengan saksama ya,,,
Belum genap 2 bulan saya mengalami masa sebagai seorang mahasiswa, kejadian menarik mewarnai kembali kehidupan saya. Hari kamis, pagi hari aktivitas saya jalankan seperti biasanya ,, bangun pagi, sholat,, dan siap2 berangakat ke kampus, namun pagi itu sedikit berbeda dari biasanya,, ya waktu itu gunung merapi sedang mengalami siklus 4 tahunan,, yang biasanya ditandai dengan erupsi,, erupsi kali ini bisa dibilang cukup hebat. Merapi sudah masuk dalam kategori siaga 3, jadi sewaktu-waktu bisa terjadi erupsi besar2an, kami harus waspada kapan pun,
Kamis pagi, tak sengaja saya melihat ke arah bagian barat gunung merapi, maklum waktu itu saya tinggal di jalan Kaliurang Kilometer 15 jadi terlihat jelas gunung merapi nya, saya melihat gumpalan awan hitam mengepul ke langit menjulang tinggi,, di gumpalan awan tersebut terliha kiltan-kilatan petir menyambar secara bergantian, suara gemuruh terdengar sangat jelas. Awalnya saya kira itu hal yang biasa terjadi pada fase gunung berapi. Saya pun bergegas berangkat ke kampus, karena perjalanannya cukup mekan waktu bisa mencapai 25menit dan itu pun mengendarai sepeda motor pinjaman kakak.
Pagi sampai sore kuliah seperti biasanya,, sore pun tiba, niat mau pulang langsung tapi ternyata hujan deras mengguyur wilayah sleman pada waktu itu. alhasil saya pun menunggu hujan reda bersama teman2 yang lain. Ternyata adzan maghrib sudah berkumandang, hujan gerimis masih turun dengan cukup deras, akhirnya diputuskan untuk sholat maghrib dahulu baru setelah itu langsung pulang ke kost. Ba’da maghrib saya pun bergegas pulang dengan memakai mantel (jas hujan) berbentuk Batman,,, he
Perjalanan di bawah guyuran hujan mewarnai kepulangan saya menuju kost, sampai jakal kilometer 10 saya merasa aneh dengan air yang menetes ke mantel, tak disangka bukan lagi air tapi air bercampur debu (lumpur) yang menetes jatuh ke bumi, ya waktu itu juga sedang terjadi hujan abu vulkanik dari gunung merapi. Sampai di kost mantel pun kotor dengan abu vulkanik. Saya rasa itu hal yang biasa karena sebelum-sebelumnya juga sering terjadi hujan abu vulkanik di daerah itu.
Sampai di kost , setelah sholat isya , saya pun rehat sejenak meluruskan tulang-tulang tubuh ini agar bisa enakan diajak kerja lagi,,, ya waktu harus segera merampungkan laporan praktikum fisika dasar I yang besok jum’at harus dikumpulkan. Proses mengerjakan berlangsung diiringi dengan demtuman suara gemuruh dari puncak gunung merapi. Proses itu selesai ketika jam menunjukan pukul 23.40 ,, malam juga yah,,,
Niat mau segera istirahat tidur karena besoknya ada kuliah pagi. Tapi niat itu urung dilakukan karena saat tubuh ini mau tergeletak di atas kasur, suara “Tak Tak Tak” terdengar dari atas genting, waktu menunjukkan pukul 23.50 wib. Tak lagi hujan abu, tapi hujan kerikil menerpa wilayah ring 3 yang kami huni, sontak penghuni kost panik dan segera bergegas menyelamatkan diri termasuk saya dan kakak. Suara sirene peringatan ngungsi terdengar keras sekali, drama pun terjadi sedang menata baju yang hendak dibawa listrik pun padam tak ayal kami hanya membawa seadanya saja yang penting ada handphone dan dompet. Hehe
Kami dan teman2 penghuni kost yang lain pun segera turun ke bawah untuk mencari tempat yang aman, perjalanan diwarnai dengan padatnya kendaraan dari wilayah ring 2 yang segera turun,, jaket dan celana panjang penuh dengan lumpur abu vulkanik. Alhamdulillah kami sampai di jakal km 3 , dan waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami segera mencari tempat, dan dapat di salah satu budhe teman kost kami di daerah gejayan. Kami tak sempat tidur waktu menunjukkan pukul 5.30 kami memutuskan untuk kembali ke kost di atas, kami mendengar info kalau di kampus UII Terpadu jalan ke atas sudah ditutup tak boleh lagi ada warga. Kami pun naik ke atas melewati jalan “tikus” untuk sampai di kost.
Waktu pukul 6 pagi, sms saya ke dosen yang kuliah pagi meminta libur ternyata tidak di amini oleh sang dosen, tak ayal saya pun berangkat ke kampus, sempat mandi dengan hanya beberapa cidukan gayung (hemat air untuk yang lain) ,, merampungkan finishing laporan . berangkatlah saya ke kampus melewati jalanan yang berwarna putih, dedaunan di kanan kiri jalan juga tertutup abu vulkanik, semuanya putih, termasuk celanan panjang sy ketika sampai di kampus,, hehe tapi dibersihkan dulu sebelum masuk kelas meski ada sedikit yang tertinggal di baju dan celana panjang warna hitam,.
Sore hari saya mendengar kabar bahwa daerah ring3 harus dikosongkan, tak ayal kakak dan teman2 kost lain segera mengungsi, saya dan kakak mengungsi di tempat sepupu kami di daerah Gejayan. Informasi dari rektorat Universitas yang menyatakan kegiatan kuliah diliburkan selama 2 minggu, merupakan angin segar bagi kami,, saya pun memilih untuk pulang ke rumah , Brebes.
Peristiwa yang akan teringat-ingat terus dan bisa jadikan cerita untuk anak2 dan cucu2 saya kelak,, hehe

Manusia hanya bisa merencanakan, berusaha, dan berdo’a.
Karena Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.

Jumat, 01 Februari 2013

Hukuman Bagi Tukang Parkir


Senja di ufuk barat, warna merah keorange-orangen meliputi awan menandakan waktu sore telah berganti dengan waktu malam. Sinar matahari pun tak lagi menyinari bagian bumi ini. waktu malam menjadikan semua anak-anak kecil di desa Sigambir mulai pulang ke rumah masing-masing karena waktu bermain telah usai berganti dengan waktu sholat maghrib di langgar desa.
Asyik ngobrol usai menunaikan sholat bercengkerama dengan teman sebaya bercerita tentang kisah hidupnya hari ini. fayakun kecil mendengarkan dengan saksama karena saat itu sedang masa liburan sekolah tak ada tugas sekolah ataupun pekerjaan rumah dari guru. Ngobrol asyik-asyik , tertarik dengan cerita seorang teman bernama Yoso tentang kesuksesannya hari ini mendapat uang beribu-ribu dari hasil kerjaannya hari ini. hasrat anak kecil muncul menginginkan uang itu juga hasil dari kerja sendiri. Lumayan untuk nambah uang jajan. Rencana pun disusun untuk besok pagi ikut bekerja dengan teman saya tersebut. tak terasa waktu adzan sholat Isya pun telah dikumandangkan.
Pagi hari matahari masih malu-malu memancarkan cahayanya , fayakun kecil dan Yoso telah bersiap-siap berangkat , tanpa ijin orang tua, kami berangkat setelah orangtua saya sudah berangkat ke kantor masing-masing. Saat itu, ibu sebagai PNS di Pemda, dan Bapak karyawan di salah satu Bank milik negara.
Kami pun berangkat menyusuri jalan-jalan di kota Brebes sampai menempukkan lapak yang cocok, hanya bermodalkan peluit dan potongan kardus bekas kami mulai beraksi. Ya pekerjaannya cukup mudah, jika ada motor datang tinggal tutupi saja jok motor itu dengan kardus agar tak terserang sinar matahari. Jika motor mau pergi tinggal diambil saja kardus itu dan uang receh dari pengendara motor pun mendarat di tangan mungil fayakun kecil. Pekerjaan itu disebut sebagai tukang parkir-nutupi motor. Kami lakukan itu berjam-jam sampai tak terasa sore hari telah menjelang, kami pun bergegas pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda onthel tua.
Sore hari sampai di rumah awan awan gelap menyambut kedatangan kami. Di rumah ternyata ibu sudah menunggu dengan wajah yang cemas mencari-cari putranya yang tak kunjung pulang. Ya seperti diketahui bersama, bukan sambutan hangat tapi omelan yang fayakun kecil dapatkan. Kemudian disuruh untuk mandi sore. Usai mandi, bapak sudah menunggu di ruang keluarga, dengan wajah malu-malu karena telah melakukan kesalahan berjalan ke kursi reot dekat bapak. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut bapak yang rambutnya sudah mulai beruban. Hanya disuruh masuk ke kamar dan berbaring bersama dengan bapak. Di dalam kamar pun tak sepatah pun kata yang keluar dan tak ada pembicaraan di waktu itu, saya pun hanya bisa terdiam menunduk malu dengan air mata yang tek terasa keluar dengan sendirinya. Ya seperti itulah bapak menghukum putranya (fayakun kecil) , tapi hukuman itulah yang terasa sangat berat tak diajak bicara selama berjam-jam serasa saya ini di dunia yang asing karena bapak dikenal orang yang suka bercerita namun waktu itu kebiasaan itu sirna karena kelakuan fayakun kecil. Mesik waktu itu baru duduk di kelas 3 SD tapi namanya hukuman tetap berlaku. Hasil uang yang tak seberapa dibayar dengan omelan dan hukuman membisu dari bapak. Mungkin mereka merasa malu dengan apa yang dilakukan putranya, tak perlu bekerja sebetulnya tinggal minta saja ke orangtua jika itu penting pasti dikasih oleh orangtua.
Orangtua memang mengajarkan kepada putranya dengan disiplin yang keras dan menghargai hasil orang lain dan satu yang penting harga diri itu harus dijunjung tinggi tak boleh dinjak-injak oleh oranglain nanti kita disepelehkan oleh orang lain.
Mulai esok harinya semua berjalan seperti biasanya, kejadian hari kemarin cukup dijadikan pengalaman yang berharga dan hukuman dari orang tua adalah wujud kasih sayang orangtua kepada putranya. Itulah yang dapat dipahami sampai sekarang.

“Disiplin adalah suatu kebiasaan. Kebiasaan akan menjadi hal yang biasa bila kita telah terbiasa melakukan kebiasaan itu”.

Tambah Pengalaman (Latihan Soal)

Sobat fisika, seperti yang dijanjikan pada postingan sebelumnya , bahwa pada postingan ini sobat fisika belajar menemukan solusi dari sebu...